Selasa, 24 September 2013

LABU SIAM

Labu Siam merupakan sayuran dataran tinggi dengan bentuk unik dan mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional di seluruh Indonesia. Harga sayuran ini relatif murah tetapi kalau kita pelajari lebih lanjut, ternyata sayuran ini memiliki banyak khasiat untuk kesehatan kita. 
Labu siam dibawa ke Indonesia oleh orang Belanda dari Siam (Thailand) sehingga di Indonesia disebut Labu Siam. Labu siam dikenal dengan beberapa sebutan seperti jipang, manisah, atau waluh siam. Di dunia internasional, sayuran ini disebut chayote dan negara pengekspor utama adalah Costa Rica.


Klasifikasi
Kingdom          : Plantae
Divisi               : Spermatophyta
Sub divisi         : Angiospermae
Kelas                : Dicotyledonae
Bangsa            : Cucurbitales
Suku                 : Cucurbitaceae
Marga              : Sechium
Jenis                : Sechium edule Sw

Budidaya
Labu siam tumbuh baik di ketinggian 900 – 1100 m di atas permukaan laut dengan temperatur optimal 21o – 28o C pada siang hari dan 15o – 20o C pada malam hari.
Perbanyakan labu siam dengan menggunakan buah labu siam yang sudah tua. Buah untuk bibit dikecambahkan terlebih dahulu di tempat yang lembab, kemudian setelah ukuran tunas ±30 cm di pindahkan ke lapangan.
Penanaman labu siam dengan menggunakan para-para, dengan cara membuat lubang tanam berukuran  40 cm x 40 cm dengan kedalaman 20 cm. Jarak antar lubang 3 m dan antar baris 5 m.  Kerapatan tanaman antara 1200-1500 tanaman per hektar.
Pupuk yang diperlukan untuk tanaman labu siam terdiri atas pupuk kandang dan pupuk buatan. Pemeliharaan yang diperlukan antara lain memangkas daun yang sudah tua dan mengurangi daun apabila daun terlalu lebat.
Tanaman mulai berbunga pada umur 3–5 bulan setelah tanam. Buah dipanen setelah berumur 3 bulan, kemudian panen berikutnya dilakukan satu minggu sekali. Tanaman labu siam biasanya produktif selama 3–4 tahun. Setelah itu dilakukan peremajaan dengan menanam tanaman baru, untuk menjaga produktivitas. Satu tanaman dapat menghasilkan sebanyak 500 buah. 
Produksi labu siam dapat mencapai 8–10 ton/ha per tahun. Kulit labu siam halus dan mudah lecet. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan pisau, tapi harus dilakukan dengan hati-hati agar  tidak melukai buah labu siam.
(Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Kementerian Pertanian RI)

Manfaat
Labu siam memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga sangat baik untuk pencernaan. Serat pangan mampu mengurangi waktu tinggal (transit time) makanan sejak dari rongga mulut hingga sisa makanan dikeluarkan dalam bentuk feses. Selama tinggal di saluran pencernaan, serat pangan akan mengikat zat-zat karsinogenik (penyebab kanker). Berkat singkatnya transit time sisa makanan di saluran pencernaan, waktu zat karsinogenik bermukim dalam tubuh juga makin pendek, sehingga peluang terjadinya kanker menjadi sangat kecil.
Kandungan asam folat pada buah labu siam juga cukup baik, yaitu 93 mkg per 100 g. Konsumsi 100 gram labu Siam cukup untuk memenuhi 23,25 persen kebutuhan tubuh akan asam folat.
Asam folat sangat penting bagi ibu hamil karena dapat mengurangi risiko kelahiran bayi cacat. Konsumsi asam folat yang rendah pada ibu hamil berhubungan erat dengan berat bayi lahir rendah dan kejadian neural tube defects (gangguan otak).
Defisiensi asam folat ditandai oleh gejala anemia, yaitu jumlah sel butir darah merah berkurang. Kebutuhan asam folat pada orang dewasa adalah 400 mkg per hari. Kebutuhan ini menjadi dua kali lipat pada ibu yang sedang hamil, dan bertambah 50 persen pada ibu yang sedang menyusui.
Buah labu siam juga kaya akan Kalium. Kalium berguna bagi tubuh untuk mengendalikan tekanan darah, terapi darah tinggi, serta membersihkan karbondioksida di dalam darah. Kalium juga bermanfaat untuk memicu kerja otot dan simpul saraf. Kalium yang tinggi juga akan memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan membantu memperlancar keseimbangan cairan, sehingga tubuh menjadi lebih segar.
Selain itu, buah labu siam juga mengandung komponen vitamin yang cukup tinggi. Niasin merupakan bagian dari vitamin B kompleks yang disebut sebagai vitamin B3, berfungsi untuk menurunkan produksi VLDL (very low density lipoprotein) di dalam hati, sehingga produksi kolesterol LDL (low density lipoprotein) dan trigliserida dapat menurun.
Niasin berperan pada reaksi enzimatik di dalam tubuh untuk metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, yaitu sebagai koenzim I dan koenzim II. Niasin sangat diperlukan agar suplai energi dalam jaringan tubuh berjalan normal. Kekurangan niasin yang parah setelah beberapa bulan akan mengakibatkan pellagra serta dermatitis, yaitu gangguan kulit yang khas dan simetris, terutama di bagian badan yang tidak tertutup seperti tangan, lengan, siku, kaki, kulit, dan leher.
Labu siam juga kaya akan vitamin B6. Vitamin B6 mempunyai peran penting dalam metabolisme protein. Vitamin B6 sangat esensial untuk proses transaminasi dan deaminasi serta dekarboksilasi asam amino. Kebutuhan per hari mencapai 0,02 mg untuk dewasa, 0,015 mg untuk bayi, 0,2-1,2 untuk anak-anak, dan 1,4-2 mg untuk remaja.
Kandungan selenium pada labu siam juga cukup baik. Selenium berperan penting untuk memperbaiki mood. Sebuah penelitian di Amerika Serikat (1996) membuktikan bahwa orang yang kadar selenium tubuhnya paling rendah menunjukkan mood yang paling buruk. Konsumsi selenium disarankan sekitar 55-70 mikrogram perhari.
Labu siam mempunyai sejumlah khasiat yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Salah satu manfaat terbesar labu siam adalah kemampuannya menurunkan tekanan darah tinggi. Makanan tergolong makanan sehat untuk jantung dan pembuluh darah bila mengandung rasio kalium:natrium minimal 5:1. Setiap 100 gram buah labu siam mengandung kalium:natrium dengan perbandingan 62:1.
Selain itu, labu siam juga diketahui memiliki efek diuretik, sehingga mampu menurunkan kadar garam di dalam darah melalui pembuangan air seni. Berkurangnya kadar garam yang bersifat menyerap atau menahan air ini akan meringankan kerja jantung dalam memompa darah, sehingga tekanan darah akan menurun.
Labu siam juga sangat baik bagi penderita asam urat. Efek diuretik dari labu siam akan melancarkan pembuangan air kecil, sehingga kelebihan asam urat dapat segera dikeluarkan dari dalam tubuh. Labu siam juga baik bagi penderita diabetes. Hal itu disebabkan pada labu siam terdapat kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, sehingga penderita diabetes tidak perlu mengonsumsi makanan pokok secara berlebihan.
Kandungan air yang tinggi pada labu siam membuatnya sangat baik untuk menjaga kesehatan ginjal. Labu siam juga mengandung komponen saponin yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Kandungan saponin sangat bermanfaat untuk menghambat dan mencegah penyerapan kolesterol di dalam darah. Rata-rata konsumsi saponin yang dianjurkan adalah 15 mg setiap hari.
Pada labu siam juga terkandung komponen tanin yang bersifat antimikroba, serta alkaloid yang mampu memperlancar peredaran darah sehingga mencegah penyakit stroke. Meskipun belum memiliki bukti ilmiah secara pasti, labu siam telah dikenal sebagai obat wasir. Hal itu mungkin disebabkan kandungan seratnya yang cukup baik.
Selain itu, labu Siam juga baik untuk penderita sariawan. Namun, labu siam tidak cocok diberikan kepada penderita rematik karena sifat dinginnya dapat memicu munculnya gejala sakit.
(sumber : rahasiakeluarga.com)

Rabu, 02 Januari 2013

Penggunaan Pestisida Yang Baik & Benar


Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang merugikan kepentingan manusia. Di bidang pertanian,  penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Namun, disadari atau tidak bahwa pestisida merupakan bahan berbahaya yang dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan hidup apabila penggunaannya tidak bijaksana.
Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama, walaupun jenis pestisidanya bagus namun bila penggunaannya tidak benar, akan memberikan hasil yang sia-sia.
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam ketepatan penggunaan pestisida biasa disebut dengan istilah “ 5 tepat “ yaitu:
1.     Tepat Dosis/ Konsentrasi
Penggunaan dosis dibawah anjuran akan menyebabkan hama/penyakit tidak mati bahkan menjadikan hama kebal terhadap pestisida. Sedangkan dengan dosis berlebihan akan mengakibatkan boros biaya.
Dosis merupakan jumlah pestisida yang dibutuhkan per satuan luas lahan (Kg/Ha, Liter/ Ha), sedangkan Konsentrasi adalah jumlah yang harus dicampurkan dalam setiap liter air (gram/liter, ml/ lt)
2.      Tepat  Waktu
Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi antara jam 06.00 - 10.00 WIB  atau sore hari antara  jam 15.00-17.00 WIB. Waktu untuk penyemprotan pestisida ada beberapa macam :
  • Preventif (pencegahan) Penyemprotan yang di- lakukan sebelum terjadi serangan hama atau penyakit
  • Kuratif adalah penyemprotan yang dilakukan setelah ada serangan hama atau  penyakit.
  • Eradikatif adalah penyemprotan yang dilakukan untuk membersihkan apabila ada ledakan hama atau penyakit
  • Sistem kalender adalah penyemprotan yang dilakukan secara berkala tanpa memperhatikan adanya serangan hama atau penyakit.

 3.      Tepat Cara
Penggunaan pestisida harus disesuaikan dengan bentuk pestisida.
Bentuk formulasi pestisida antara lain:
EC ( Emulsible Concentrate )
Berbentuk cairan pekat, penggunaannya dengan cara disemprotkan.
WP ( Wettable Powder )
Berbentuk tepung, penggunaanya dilarutkan dengan air terlebih dahulu sebelum disemprotkan.
G ( Granule )
Berbentuk butiran. Penggunaanya dengan cara langsung ditaburkan di lahan.
D ( Dust )
Berbentuk tepung, penggunaanya dengan cara dihembuskan.
4.      Tepat Sasaran
Sasaran penyemprotan pestisida secara biologis dikelompokkan menjadi 3 yaitu: Hama, Penyakit, Gulma.
5.      Tepat Jenis
Jenis pestisida yang digunakan harus sesuai dengan hama atau penyakit yang akan dikendalikan, jenis-jenis pestisida  
¨ Insektisida untuk pengendalian serangga
¨ Fungisida untuk pengendalian jamur
¨ Rodentisida untuk pengendalian tikus
¨ Herbisida untuk pengendalian gulma
¨ Akarisida untuk pengendalian tungau
¨ Bakterisida untuk pengendalian bakteri

Cara Kerja Pestisida
*      Pestisida kontak
Berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena cairan pestisida.
*      Pestisida fumigan
Berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas
*      Pestisida sistemik
Berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama akan mati kalau menghisap cairan tanaman.
*      Pestisida lambung
Berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.
Penting Untuk Diperhatikan
  • Pestisida digunakan apabila diperlukan
  • Gunakan perlengkapan khusus ( pakaian lengan panjang, sarung tangan, sepatu kebun, masker, kaca mata
  • Tidak boleh makan dan minum atau merokok pada waktu bekerja dengan pestisida.
  • Tidak dianjurkan mencampur pestisida lebih dari satu macam
  • Simpan pestisida dengan  menutup rapat kemasannya dan diletakkan ditempat yang sejuk dan kering, jauh dari bahan makanan, api sumber air dan jangkauan anak-anak.
  • Wadah bekas pestisida harus dirusak, dibakar atau dibenamkan supaya tidak bisa digunakan lagi

Rabu, 18 Juli 2012

KONSERVASI : BUDIDAYA TANAMAN LORONG (ALLEY CROPPING) TEMBAKAU DAN KOPI ARABIKA DI LAHAN PEGUNUNGAN

Banyak petani tembakau di kawasan lereng Gunung Sumbing, khususnya di wilayah Kecamatan Kalikajar bagian ‘atas’ mulai dari Desa Butuh, Bowongso, sampai Kwadungan, mengeluhkan penurunan produktivitas tanaman tembakau mereka, meskipun sudah dilakukan penambahan volume pemupukan. Penyebab utama permasalahan ini adalah penurunan kualitas tanah lahan garapan petani akibat pola usaha tani tanpa  memperhatikan kaidah-kaidah konservasi lahan. Budidaya tanaman tembakau di lereng gunung yang merupakan lahan miring rawan akan bahaya erosi terlebih lagi di lereng Gunung Sumbing yang memiliki curah hujan tinggi. Erosi menggerus lapisan top soil, sumber hara terbesar untuk pertumbuhan tanaman, sehingga tanah semakin terdegradasi dan menjadi kurang subur bahkan bisa menjadi kurang stabil yang mengakibatkan longsor.
Penurunan kualitas tanah ini berdampak pada peningkatan cost (biaya) usahatani terutama untuk  penambahan volume pupuk, baik organik maupun anorganik, untuk dapat mempertahankan produktivitas tanaman. Di luar itu degradasi top soil juga berpotensi memunculkan patogen baru yang dapat merusak pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dampak jangka panjangnya adalah anak cucu kita akan mewarisi lahan kritis yang tidak produktif lagi. Sungguh tragis apabila hal tersebut sampai terjadi di kawasan yang dahulunya merupakan surga bagi petani karena lahannya yang terkenal subur gemah ripah loh jinawi. Oleh karena itu pola usaha tani perlu terintegrasi dengan sistem konservasi atau yang biasa dikenal sebagai sistem usaha tani konservasi.

Konservasi adalah upaya pengendalian erosi dari lahan pertanian berlereng/miring dengan tetap menjaga keseimbangan sumberdaya alam dan berkelanjutan. Secara garis besar, teknik pengendalian erosi dibedakan menjadi dua, yaitu teknik konservasi mekanik dan vegetatif. Konservasi tanah secara mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan guna menekan erosi dan meningkatkan kemampuan tanah mendukung usahatani secara berkelanjutan. Pada prinsipnya konservasi mekanik dalam pengendalian erosi harus selalu diikuti oleh cara vegetatif, yaitu penggunaan tumbuhan/tanaman dan sisa-sisa tanaman/tumbuhan, serta penerapan pola tanam yang dapat menutup permukaan tanah sepanjang tahun. Tetapi permasalahan utama yang juga menjadi kunci sukses konservasi adalah motif ekonomi. Bagaimanapun juga hampir semua petani di lereng Sumbing menggantungkan hidupnya dari usaha taninya. Salah satu teknologi yang sesuai untuk tujuan ini adalah Budidaya Lorong (Alley Cropping).
Budidaya lorong adalah sistem pertanaman kombinasi antara tanaman semusim dengan tanaman tahunan, dengan penataan tanaman tahunan yang ditanam dalam larikan atau barisan secara teratur sehingga membentuk lorong-lorong atau ruang antara barisan tanaman tahunan yang dimanfaatkan untuk tanaman semusim. Budidaya lorong didasarkan pada prinsip ekonomis, penganekaragaman, konservasi dan berkelanjutan. Salah satu jenis komoditas yang bisa diterapkan bersama tanaman tembakau adalah kopi dari jenis Arabika.

Lingkungan tumbuh kopi arabika (Coffea arabica) tidak jauh berbeda dengan tembakau, yaitu tumbuh di daerah dengan ketinggian 700 – 1700 m dpl, dengan suhu 16 – 20 °C, dan beriklim kering 3 bulan/tahun secara berturut-turut sehingga chemistry kedua komoditas ini bisa terbentuk dalam budidaya lorong, dimana tembakau sebagai tanaman semusim berada di dalam lorong-lorong tanaman kopi arabika yang merupakan tanaman tahunan.
Secara ekonomis, budidaya lorong antara tembakau dan tanaman kopi arabika tidak akan merugikan petani. Apabila tanaman kopi arabika ditanam di pinggir teras dengan budidaya lorong menggunakan jarak tanaman 2,5 – 3 m, diasumsikan bahwa 1 tanaman kopi arabika akan menggantikan 4 tanaman tembakau. Panen pertama kopi arabika ± 3 tahun dengan produksi sekitar 4 kg kopi basah pertanaman untuk panen tahun pertama. Dengan perkiraan harga kopi basah Rp 3.000,-/kg maka dalam 3 tahun satu tanaman kopi arabika akan menghasilkan 4 kg x Rp 3.000,- = Rp 12.000,-. Bandingkan dengan tanaman tembakau, 1 tanaman tembakau apabila diakumulasikan maksimal laku terjual Rp 1.000,- dalam 3 tahun tanaman tembakau yang digantikan kopi akan menghasilkan 3 x 4 x Rp 1.000,- = Rp 12.000,-.
Meskipun dalam 3 tahun pertama profit yang diterima sama tetapi secara analisa usaha tani akan menguntungkan sistem budidaya lorong dengan tanaman kopi arabika, karena cost yang dikeluarkan lebih sedikit. Pengolahan lahan untuk tanaman kopi arabika cukup sekali, perawatannya lebih sederhana, dan cenderung aman dari hama penyakit sehingga bisa menekan biaya produksi. Dalam tahun-tahun berikutnya akan lebih menguntungkan lagi bagi petani karena hasil panen kopi arabika akan semakin meningkat menjadi 15 – 20 kg kopi basah pertanaman dengan umur produktif bisa mencapai 30 tahun.
Secara ekoligis, budidaya lorong tanaman tembakau dengan kopi arabika jelas akan mengurangi erosi. Tajuk dari tanaman kopi akan mengurangi intensitas air hujan yang langsung masuk ke tanah, perakarannya akan memperkuat stabilitas tanah, dan daun-daun tanaman kopi arabika yang jatuh ke tanah akan membusuk menjadi humus yang sangat bermanfaat untuk menjaga kesuburan tanah.

Perlahan, budidaya lorong mengarah menjadi monokultur tanaman kopi arabika yang secara ekonomis dan ekologis menguntungkan petani. Bukan tidak mungkin sutau saat nanti kawasan lereng Sumbing dikenal sebagai penghasil kopi arabika utama di negeri ini. Sehingga anak cucu kita masih bisa mewarisi sumber daya alam yang merupakan anugerah luar biasa yang diberikan oleh Sang Khalik kepada kita, wong nggunung. Naïf sekali rasanya jika kita tidak mensyukuri anugrah ini dengan cara memanfaatkan nikmat ini sebaik-baiknya dan menjaga kelestariannya untuk generasi mendatang.

Selasa, 14 Juni 2011

REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH

Acuan Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah (Kg/Ha)
Pupuk
Tanpa Bahan Organik
Dengan Jerami
5 Ton/Ha
Dengan Organik
2 Ton/Ha
Urea
300
280
275
SP 36
50
50
0
KCl
50
0
30

Apabila menggunakan pupuk majemuk NPK takarannya :
Urea             : 185 – 250 kg/Ha
NPK Phonska  : 200 – 300 kg/Ha

Waktu Pemakaian/Aplikasi dan Dosis Pupuk
Aplikasi
Pupuk I
Pupuk II
Pupuk III
Umur
0 – 14 hst
21 – 28 hst
35 – 50 hst
Dosis Pupuk



Urea
50 – 100 kg/Ha
BWD
BWD
SP 36
100%
-
-
KCl
50% - 100%
-
0 – 50%

Pemupukan ke-2 dan seterusnya pada tanaman padi, direkomendasikan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) yang berfungsi untuk mengetahui kecukupan unsur N pada tanaman padi. Sehingga penggunaan urea lebih efektif.

Bagan Warna Daun (BWD)

Dosis pemupukan N dengan BWD berdasarkan potensi hasil
Nilai BWD
Takaran Urea (kg/Ha) Pada Setiap Potensi Hasil  GKG
5 ton/Ha
6 ton/Ha
7 ton/Ha
8 ton/Ha
Pemupukan susulan : Urea
≤ 3
75
100
125
150
3,5
50
75
100
125
≥ 4
0
0 – 50
50
50
Pemupukan susulan : Urea + NPK Phonska 100 kg/Ha
≤ 3
45
70
95
120
3,5
20
45
70
95
≥ 4
0
0 – 20
20
20
Pemupukan susulan : Urea + ZA 100 kg/Ha
≤ 3
35
60
85
110
3,5
10
35
60
85
≥ 4
0
0 – 10
10
10